Selasa, 23 Oktober 2007

kaya

Banyak orang mengira kalau punya uang banyak, punya rumah dan mobil mewah, serta sederet perusahaan dan aset lainnya adalah orang yang kaya. Tidak salah memang. Orang, dan kebanyakan masyarakat pasti berasumsi bahwa kaya itu, ya memang seperti itu. Sejak kecil hingga detik saat kita hidup sekarang, kita selalu dipaksa untuk mengatakan bahwa gambaran kaya itu ya seperti itu.

Lalu betulkah kaya itu memang harus seperti itu? Seperti yang kita gambarkan selama ini? Bolehkah kita punya pandangan lain tentang definisi kaya itu seperti apa? Betulkah kaya itu hanya karena kita bergelimang harta benda dan kemewahan saja? Lalu bagaimana dengan ungkapan kaya hati?

Bagi orang yang telah "meninggalkan" kehidupan duniawi, bukan dalam arti meninggal raganya, tapi menekuni kehidupan spiritual. Definisi kaya tentu saja bukanlah seperti itu. Kaya bukanlah banyak harta benda. Kaya bukanlah bergelimang kehidupan fisik atau ragawi. Bagi mereka, kaya adalah bagaimana hidup yang sangat terbatas ini dimanfaatkan untuk selalu bisa memberi.

Bagaimana bisa disebut sebagai orang kaya kalau belum pernah memberi. Bagaimana seorang milyarder atau seorang trilyuner bisa disebut kaya kalau dia belum pernah memberi kepada sesama? Bagaimana dia bisa disebut kaya kalau kerjaannya tiap hari hanya mencari dan menumpuk harta? Bagaimana disebut kaya kalau masih selalu merasa kekurangan?

Bagi orang yang berpikiran jernih, orang kaya adalah orang yang dalam hidupnya selalu memberi, setiap waktu, setiap saat. Tidak peduli apa yang diberikan kepada orang lain. Ilmu, harta, tenaga, atau bahkan hanya memberi inspirasi saja bagi orang lain. Kaya adalah karena bisa memberi. Orang yang masih terus saja mencari harta belum bisa disebut kaya, karena dalam hidupnya masih selalu serba kekurangan.

Guru ngaji waktu kecil pernah bilang, orang kaya adalah orang yang sudah memberikan sesuatu miliknya kepada orang lain. Termasuk guru ngaji, merekalah orang-orang yang kaya ilmu. Mereka tidak pernah meminta imbalan, mereka hanya memberi dan terus memberi sehingga tak terasa sudah jadi orang yang kaya.

Berbicara tentang memberi, dalam hukum alam selalu berlaku hukum sebab akibat. Siapa yang memberi pasti akan menerima. Bukankan dalam agama juga diajarkan bahwa siapa yang memberi akan dilipatgandakan penerimaanya? Bisa jadi, memberi merupakan umpan atau pancingan untuk menerima sesuatu yang lebih besar? Jadi, kata ustadz Mansyur, kalau ingin rejeki kita dibuka selebar-lebarnya, maka kita harus banyak bersedekah. Semakin banyak bersedekah, semakin banyak rejeki yang bakal kita terima.

Kalau sudah begini, anda ingin ikut kaya yang mana?


Banjarbaru, Kalsel
Selasa, 23 Oktober 2007

Tidak ada komentar: